Recent Articles
Mengapa Mereka Tega Berbuat Sadis?
Sana Sini News - Belakangan ini media gencar memberitakan berbagai kasus pembunuhan yang marak terjadi. Pola pembunuhan pun sudah mengarah pada tindakan nekat yang sadis. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi kejadian ini?
Berbagai kasus pembunuhan mewarnai pemberitaan, baik di media cetak maupun elektronik yang terjadi akhir-akhir ini. Pada Februari lalu, ditemukan potongan tubuh di Pantai Teluk Naga, Kampung Garapan, Kabupaten Tangerang.
Sementara pada Agustus, polisi membekuk pelaku pembunuhan mahasiswi Universitas Bina Nusantara, Livia Pavita Soelistio. Livia meregang nyawa di angkot M24 jurusan Srengseng-Slipi. Yang masih hangat lagi adalah tewasnya Raafi Aga Winasya Benjamin, siswa kelas 3 SMA Pangudi Luhur I Jakarta. Raafi tewas karena ditusuk orang tak dikenal, di Shy Rooftop, Kemang, Jakarta, Sabtu (5/11). Kasus pembunuhan yang terjadi bukan hanya jumlahnya yang cukup mengkhawatirkan, namun pola pembunuhannya pun semakin beragam menjurus ke perbuatan sadis.
Hal ini dibenarkan oleh psikiater dr Richard Budiman SpKJ. Dikatakan Richard dari FKUI ini, maraknya kasus pembunuhan yang terjadi merupakan gambaran keprihatinan masyarakat saat ini. Di mana individu telah berani melakukan tindak kekerasan di luar batas kewajaran.
Hal ini sekaligus menggambarkan kadar tingkat kesabaran diri seseorang pun sudah semakin menurun. Ada masalah kecil saja bisa memicu agresivitas. Hal ini sekaligus merefleksikan tingkat toleransi individu yang sudah semakin minim. Bisa dibilang, saat ini banyak orang yang mempunyai karakter temperamental.
“Kalau dilihat, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi masalah ini, di antaranya faktor lingkungan, sikap orangtua, dan keadaan hidup yang susah atau faktor ekonomi,yang semuanya berpeluang menghasilkan tindak kekerasan,” kata Richard kepada SINDO.
Film atau tontonan yang sarat dengan aksi tindak kekerasan juga bisa memicu munculnya sifat ini terhadap anak-anak. Terlebih lagi anak-anak mempunyai kecenderungan sifat imitasi atau meniru. Karena seringnya anak menonton atau bermain game yang sarat dengan aksi kekerasan, dikhawatirkan mereka akan melakukan aksi serupa kepada temannya. Bukan tidak mungkin perilaku buruk tersebut terus mengendap pada diri sang anak hingga mereka dewasa.
Senada dengan pernyataan psikolog A Kasandra Putranto yang miris melihat tingginya angka kriminalitas dewasa ini. Namun, sebelumnya dia menekankan perlunya membedakan pembunuhan yang direncanakan dengan yang tidak. Pada pembunuhan yang direncanakan, pelaku sudah memperhitungkan pembunuhan yang akan dijalankan dan cara menghilangkan bukti. Pembunuhan ini juga sudah jelas motifnya.
Dia juga menegaskan perlunya memperlakukan setiap kasus secara berbeda-beda dan tidak bisa dipukul rata.
“Tingginya angka kriminalitas berhubungan dengan sikap mental. Orang sekarang sulit untuk mengendalikan diri yang akhirnya berujung pada pembunuhan. Bedanya, ada yang melakukannya karena khilaf ataupun lalai, misalnya tabrakan,” kata Kasandra yang membuka praktik di Jalan Pela, Jakarta Selatan ini.
(tty)
Berbagai kasus pembunuhan mewarnai pemberitaan, baik di media cetak maupun elektronik yang terjadi akhir-akhir ini. Pada Februari lalu, ditemukan potongan tubuh di Pantai Teluk Naga, Kampung Garapan, Kabupaten Tangerang.
Sementara pada Agustus, polisi membekuk pelaku pembunuhan mahasiswi Universitas Bina Nusantara, Livia Pavita Soelistio. Livia meregang nyawa di angkot M24 jurusan Srengseng-Slipi. Yang masih hangat lagi adalah tewasnya Raafi Aga Winasya Benjamin, siswa kelas 3 SMA Pangudi Luhur I Jakarta. Raafi tewas karena ditusuk orang tak dikenal, di Shy Rooftop, Kemang, Jakarta, Sabtu (5/11). Kasus pembunuhan yang terjadi bukan hanya jumlahnya yang cukup mengkhawatirkan, namun pola pembunuhannya pun semakin beragam menjurus ke perbuatan sadis.
Hal ini dibenarkan oleh psikiater dr Richard Budiman SpKJ. Dikatakan Richard dari FKUI ini, maraknya kasus pembunuhan yang terjadi merupakan gambaran keprihatinan masyarakat saat ini. Di mana individu telah berani melakukan tindak kekerasan di luar batas kewajaran.
Hal ini sekaligus menggambarkan kadar tingkat kesabaran diri seseorang pun sudah semakin menurun. Ada masalah kecil saja bisa memicu agresivitas. Hal ini sekaligus merefleksikan tingkat toleransi individu yang sudah semakin minim. Bisa dibilang, saat ini banyak orang yang mempunyai karakter temperamental.
“Kalau dilihat, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi masalah ini, di antaranya faktor lingkungan, sikap orangtua, dan keadaan hidup yang susah atau faktor ekonomi,yang semuanya berpeluang menghasilkan tindak kekerasan,” kata Richard kepada SINDO.
Film atau tontonan yang sarat dengan aksi tindak kekerasan juga bisa memicu munculnya sifat ini terhadap anak-anak. Terlebih lagi anak-anak mempunyai kecenderungan sifat imitasi atau meniru. Karena seringnya anak menonton atau bermain game yang sarat dengan aksi kekerasan, dikhawatirkan mereka akan melakukan aksi serupa kepada temannya. Bukan tidak mungkin perilaku buruk tersebut terus mengendap pada diri sang anak hingga mereka dewasa.
Senada dengan pernyataan psikolog A Kasandra Putranto yang miris melihat tingginya angka kriminalitas dewasa ini. Namun, sebelumnya dia menekankan perlunya membedakan pembunuhan yang direncanakan dengan yang tidak. Pada pembunuhan yang direncanakan, pelaku sudah memperhitungkan pembunuhan yang akan dijalankan dan cara menghilangkan bukti. Pembunuhan ini juga sudah jelas motifnya.
Dia juga menegaskan perlunya memperlakukan setiap kasus secara berbeda-beda dan tidak bisa dipukul rata.
“Tingginya angka kriminalitas berhubungan dengan sikap mental. Orang sekarang sulit untuk mengendalikan diri yang akhirnya berujung pada pembunuhan. Bedanya, ada yang melakukannya karena khilaf ataupun lalai, misalnya tabrakan,” kata Kasandra yang membuka praktik di Jalan Pela, Jakarta Selatan ini.
(tty)
Related posts:
If you enjoyed this article, subscribe to receive more great content just like it.
Popular Posts
-
Sana Sini News - Siapapun yang melihat dijamin langsung seger deh, coba aja dilihat dan di pelototin ...
-
Sana Sini News - Dari yang terlihat biasa aja, sampai yang membuat liur anda keluar :p
-
Sana Sini News - Foto Artis Hot Kiki Amalia on FHM Magazine Full Name: Kiki Amalia Nick Name: Kiki Nationality: Indonesia Place / Date o...
Recent Stories
Connect with Facebook
Sponsors
Sponsors
Sponsors
Sponsors
Blog Archives
-
▼
2011
(732)
-
►
Desember
(143)
- Des 29 (10)
- Des 25 (3)
- Des 23 (3)
- Des 22 (4)
- Des 21 (2)
- Des 19 (2)
- Des 18 (17)
- Des 17 (1)
- Des 16 (6)
- Des 15 (9)
- Des 12 (9)
- Des 10 (19)
- Des 09 (3)
- Des 08 (3)
- Des 05 (30)
- Des 04 (9)
- Des 03 (3)
- Des 02 (2)
- Des 01 (8)
-
▼
November
(583)
- Nov 30 (11)
- Nov 28 (5)
- Nov 26 (6)
- Nov 25 (19)
- Nov 24 (35)
- Nov 23 (20)
- Nov 22 (23)
- Nov 21 (21)
- Nov 20 (16)
- Nov 19 (51)
- Nov 18 (56)
- Nov 17 (50)
- Nov 16 (3)
- Nov 15 (39)
- Nov 14 (42)
- Nov 13 (32)
- Nov 12 (36)
- Nov 11 (14)
- Nov 10 (31)
- Nov 09 (21)
- Nov 08 (11)
- Nov 07 (23)
- Nov 06 (14)
- Nov 05 (4)
-
►
Desember
(143)
Sponsor
Tag Cloud
Aktual
(4)
Asia
(26)
Asia Tenggara
(27)
Auto
(32)
Auto Mobil
(14)
Auto Modif
(5)
Auto Motor
(8)
Auto Trik
(5)
Basket
(11)
Bola
(221)
Bola Dunia
(22)
Bulu Tangkis
(10)
Celebrity
(52)
Champions
(47)
Chit Chat
(10)
Dunia
(20)
Euro 2012
(9)
F1
(12)
Family
(10)
Film
(19)
Fit and Beauty
(10)
Fresh Album
(4)
Gadget
(11)
Galeri
(122)
Game
(9)
Gol
(2)
Hardware
(10)
Hot Gossip
(21)
Indonesia
(24)
Inggris
(44)
Internasional
(146)
Internet
(12)
Italia
(28)
Jagad Unik
(44)
Jerman
(4)
K-Pop
(3)
Legend
(2)
Lifestyle
(43)
Liga Lain
(19)
Lust and Love
(10)
MotoGP
(8)
Music
(33)
New Artis
(2)
New Comer
(6)
On Stage
(20)
Review
(5)
Science
(10)
SEA Games
(15)
Seks
(183)
Sistar
(3)
Software
(10)
Spanyol
(23)
Sport
(67)
Techno
(76)
Telco
(9)
Tenis
(5)
Timur Tengah
(26)
Tinju
(6)
Tips Seks
(54)
Trend and Fashion
(13)
Videosexy
(7)
0 komentar for this post
Leave a reply